Sudah selesai haul itu, dan pembacaan manaqib tokoh panutan bernama Kiai Zaini Mun'im, Ahad (27/02/22).
Tatkalah nama Kiai Zaini disebut terasa kita berada di dalam masjid yang ber-AC, sembari menikmati keindahan dzikir-dzikir para tamu Allah.
Kiai Zaini bukan sosok pengajar agama semata, tapi orang yang sempurna mengisi kehausan spritual, ekonomi, pendidikan, politik dan pencak silat sekalipun.
Tak banyak mataku memandang wajah beliau, di deretan foto-foto yang menyambut kedatangan para murid-muridnya di bumi Nurul Jadid.
Air mataku tak pernah henti bagai derasnya air sungai di dekat sawah-sawah para petani. Saat untaian kata Kiai Zaini terjewantahkan melalui manaqib yang dibaca Kiai Zainul Mu'in.
Kiai Zaini sangat haus ilmu, dan mendidik santri-santrinya dengan penuh ketelatenan. Beliau pula tidak hanya mengajar tapi juga berangkat ke sawah bertani bersama para karyawan-karyawannya.
Kedalaman ilmu dan kealimannya tak membuat risih beliau untuk bergaul dengan orang lain, termasuk juga pada santri-santrinya.
Seorang yang multi talenta dengan berbagai karya tulis dan pengabdiannya bagi pesantren dan masyarakat itu, saat ini telah kita doakan melalui haul dan harlah pesantrennya yang ke 73.
Belum terobati dahaga ini, hingga saya bertanya, aku ingin minum ilmu Kiai Zaini agar aku bisa keluar dari dahaga kebodohan.
Pada manaqib Kiai Zaini saat ini, jiwaku semakin rindu padanya.
Baca juga:
Dini Hari, Melepas Teman Berhaji
|
Oleh : Ponirin Mika(Pujangga Pesisir